Peneliti Menemukan Jejak Manusia Purba Yang Sudah Mendiami Dataran Tinggi Tibet Sejak 200,000 Tahun Lalu
Jakarta - Ada beberapa hal yang menarik ketika peneliti menemukan tapak tangan dan jejak kaki di Quesang, Dataran Tinggi Tibet. Jejak yang berasal dari 169.000 dan 226.000 tahun lalu ini, tampaknya dibuat dengan sengaja, sehingga dapat peneliti berpendapat jika itu adalah seni paling awal yang diketahui dari jenisnya.
Seni yang dimaksud adalah seni parietal, bentuk ekspresi aesthetic kuno yang biasanya muncul di dinding gua tetapi juga dapat dibuat di tanah. Namun menariknya lagi, seperti dikutip dari Gizmodo, Senin (20/9/2021), jejak tangan ini merupakan bukti pendudukan manusia paling awal yang ditemukan hingga saat ini di Dataran Tinggi Tibet.
Sebagai informasi
Quasang berada di ketinggian lebih dari 4.200 meter dan akan menjadi
dingin bahkan selama periode interglasial. Jejak tersebut dibuat di
tempat yang dulunya merupakan lumpur di dekat Pemandian Air Panas
Quesang. Lumpur kemudian berubah menjadi batu travertine-- batu kapur
air tawar, selama ribuan tahun.
Berdasarkan ukuran jejak tersebut, tim peneliti percaya bahwa pembuatnya
adalah anak-anak berusia 7 hingga 12 tahun. Anak-anak ini kemungkinan
dengan santai bermain lumpur. Namun di mana anggota kelompok lain, itu
belum jelas.
Bisa saja dengan mengambil air di sumber air panas. "Jejak-jejak dibuat selama aktivitas normal seperti berjalan, berlari, melompat. Namun ini dibuat dengan hati-hati dan memiliki pengaturan khusus, seperti anak yang menekan jari mereka ke dalam sperm baru."kata Thomas Urban, peneliti dari Universitas Cornell.
Cetakan itu
kemungkinan juga dibuat oleh Humankind. Tetapi, ada asumsi pula jika
jejak merupakan buatan manusia purba Denisovan. Meski begitu, temuan ini rupanya masih menyisakan pertanyaan, apakah
memang jejak-jejak itu termasuk dalam sebuah seni atau tidak. Itu
tergantung interpretasi.
Menurut Matthew Bennett, seorang ahli geologi di Universitas Bournemouth
yang mengkhususkan diri pada jejak kaki dan jalur kuno, jejak-jejak itu
memang sengaja dibuat. "Ini adalah komposisi yang disengaja dan diatur
supaya tak tumpang tinding,"ungkap Bennett.
Sehingga, perilaku itu masuk ke dalam kelas perilaku yang kompleks dan tak terlihat pada spesies lain. "Perilaku simbolik seperti bahasa, agama, dan seni harus memiliki manifestasi yang lebih sederhana saat berbicara manusia awal. Jika Anda mencari seni fading awal, ya jangan mencari seperti Mona Lisa atau Anda akan kecewa,"tambahnya.
Komentar
Posting Komentar